Tak bisa dipungkiri, olahraga lari saat ini menjadi olahraga primadona bagi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat yang tinggal di perkotaan. Tumbuhnya komunitas lari di ibukota Jakarta dan di berbagai wilayah darah tidak luput karena semakin banyaknya jumlah masyarakat yang bergiat pada olahraga ini.
Para pegiat lari mulai menyukai olahraga ini umumnya karena melihat teman, saudara atau orang lain yang makin giat melakukannya. Olahraga ini mereka lakukan dengan berbagai alasan. Ada yang ingin menjada kesehatan dan kebugaran tubuh sambil mencari teman baru. Ada yang niat menjalankan olahraga ini karena keinginan menurunkan berat badannya (diet). Namun tidak jarang yang ikutan olahraga ini karena alasan gaya hidup. Karena melihat orang-orang yang berkegiatan lari banyak diposting di berbagai sosmed, akhirnya tertarik juga melakukannya. Efek domino yang sangat positif.
Bagi penggemar pemula olahraga lari dalam latihannya kebanyakan sekadar berlari dan berkeringat. Tetapi lambat laun mereka akan menambah jarak tempuh dan ada juga yang ingin memperbaiki waktu tempuh dari jarak tertentu. Lalu, jika kita aktif berlari manakah yang kita pilih. Berlari dengan jarak yang jauh atau berlari dengan waktu tempuh yang lama?
Memilih jarak tempuh atau waktu tempuh ini tergantung kebutuhan Anda. Anda bisa menentukan tujuan saat akan berlari. Misalnya, akan berlari dengan jarak tempuh 10 km. Atau akan berlari dalam waktu 60 menit. Prinsipnya, semakin banyak jarak tempuh yang didapat, semakin lama waktu yang Anda gunakan untuk berlari. Dengan begitu, kalori yang dibakar juga semakin banyak. Apalagi jika kecepatan lari yang Anda lakukan cukup singkat, maka kalori yang terbuang juga semakin banyak.
Sebagian orang ada yang lebih suka menggunakan tolok ukur waktu saat melakukan olahraga lari. Dengan cara mengatur seberapa lama kemampuan berlari dalam jarak (kilometer) tertentu. Seberapa lama mampu berlari tanpa berhenti. Ketika berlari dengan menggunakan aplikasi pendukung (acuan waktu), maka pelari lebih bebas mengatur kapan harus berlari santai dan kapan harus berlari lebih kencang sesuai dengan kemampuan. Bagi mereka yang tidak memiliki banyak untuk latihan lari, akan lebih baik menggunakan tolor ukur waktu tempuh sebagai acuan. Sebaliknya, jika seseorang memiliki banyak waktu, sebaiknya menggunakan tolok ukur jarak tempuh. Syukur-syukur dengan catatan waktu tempuh yang bagus.
Yang harus diingat adalah kecepatan lari yang cenderung dipaksakan dengan latihan yang tidak ada variasinya, cenderung menyebabkan cidera otot. Sebaiknya disesuaikan juga dengan kemampuan berlari Anda.
Jumlah kalori yang terbakar
Ketika berlari, ada kalori dari tubuh kita yang terbakar. Dan untuk mengetahui berapa banyak kalori yang terbakar ketika berlari, biasanya digunakan acuan jarak tempuh. Berapa mil yang sudah diselesaikan. Jika sudah melewati 1 mil (1610 meter), lemak yang terbakar saat berlari sekitar 100 kalori.
Jumlah kalori yang terbakar pada setiap orang ternyata berbeda-beda. Angka 100 kalori adalah angka rata-rata saja. Kalori yang terbakar saat berlari dipengaruhi oleh berat badan (faktor utama). Semakin besar berat badan, kalori yang terbakar saat berlari semakin banyak. Berita bagus buat mereka yang memiliki berat badan lebih besar dari berat normal.
Berdasarkan The American Council on Exercise, seseorang yang berat badannya 54 kg dan berlari selama 10 menit/mil bisa membakar kalori tubuhnya sebanyak 114 kalori. Sedangkan, seseorang dengan berat 82 kg, bisa membakar kalori sebanyak 170 kalori dalam waktu dan jarak tempuh yang sama.
Faktor lain yang memengaruhi kalori tubuh yang terbakar adalah kecepatan (waktu tempuh) ketika berlari. Kecepatan ketika berlari juga memengaruhi berapa banyak kalori tubuh yang terus terbakar setelah berlari. Pasalnya, setelah berlari, tubuh membutuhkan waktu untuk pemulihan, yang juga membutuhkan kalori. Jadi, semakin cepat dalam berlari, semakin banyak kalori tubuh yang terbakar saat berlari dan sesudahnya.