Lari termasuk olahraga yang berisiko tinggi (high impact). Melakukan olahraga lari yang terlalu sering (berlebihan) atau over training bisa memicu cidera pada tubuh terutama nyeri pada otot. Hal ini bisa terjadi karena tidak membiarkan tubuh beradaptasi.
Berlari setiap hari selama 10—15 menit dengan kecepatan sedang (sekitar 10 km perjam), akan berdampak positif bagi tubuh. Berlari dengan kecepatan sedang bisa menurunkan risiko serangan jantung atau stroke, mengurangi risiko kanker, termasuk penyakit saraf seperti Alzheimer dan Parkinson. Dampak positifnya, tubuh selalu bugar, mood terjaga dengan baik dan kualitas tidur meningkat.
Nyeri otot pada bagian kaki bisa terjadi karena sepatu lari yang sudah tidak layak pakai untuk olahraga lari. Penggunaan otot tertentu secara berlebihan juga bisa terjadinya nyeri otot. Untuk menghindari dampak negatif lari, sebaiknya menggunakan sepatu lari yang tepat dan mengganti sepatu lari secara berkala.
Dalam berlatih lari, terutama pelari pemula tidak disarankan berlari langsung dalam jarak yang jauh. Tetapi berlatihlah dengan penambahan jarak tempuh secara bertahap. Para ahli kesehatan juga menyarankan untuk menggabungkan lari dengan olahraga lainnya, seperti bersepeda, berenang, atau latihan beban.
Yang cukup penting dan banyak orang yang menganggap enteng adalah melakukan pemanasan sebelum berlari. Pemanasan ini tujuannya adalah mencegah cidera di saat sedang berlari atau setelah selesai berlari. Jika terjadi cidera pun bisa diminimalisir.
Pada dasarnya berlari beberapa menit setiap hari sudah cukup menyehatkan. Ada hasil studi yang menyebutkan, berlari sebenarnya tidak harus setiap hari. Pasalnya, para atlet lari elit pun mencoba menghindari cidera dengan membuat perencanaan latihan yang dikombinasi (bukan melulu berlari). Jika hari ini sudah berlari, besok mereka melakukan olahraga berenang atau olahraga lainnya. Tujuan kombinasi olahraga ini supaya otot-otot yang bekerja keras saat kita lari bisa beristirahat dengan baik.
Sumber: Kompas.com re-write hadiiswa